Arsip Blog

Senin, 11 April 2016

Makalah Peristilahan Umum, Masalah dan Asumsi Program Kecakapan Hidup (Life Skill)



BY : Ema Noviah
Nonformal Education Departement
Sultan Ageng Tirtayasa University


MAKALAH
Peristilahan Umum, Masalah dan Asumsi
Program Kecakapan Hidup (Life Skill)
Di Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Program dan Metode Pembelajaran dalam Program Life Skill
Dosen Pengampu : Drs. Mochamad Naim, M.Si






KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah “Peristilahan umum, masalah dan asumsi program kecakapan hidup (life skill)” yang penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah  Mata Kuliah Program dan Metode Pembelajaran dalam Program Life Skill oleh dosen pengampu Drs. Mochamad Naim, M.Si Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi jungjungan kita Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.
Penulis mengakui dalam makalah ini mungkin masih banyak terjadi kekurangan sehingga hasilnya jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat berharap kepada semua pihak kiranya memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Besar harapan penulis dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi bahan tambahan bagi penilaian dosen bidang studi Mata Kuliah Program dan Metode Pembelajaran dalam Program Life Skilldan mudah-mudahan isi dari makalah penulis ini dapat diambil manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Pendidikan Non Formal.


Serang, 1 April 2016


        Penyusun


.. 13



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Konsep life skills merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan pendidikan yang menekankan pada kecakapan hidup atau bekerja. Istilah kecakapan untuk hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun ia harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar ditempat kerja, dan mempergunakan teknologi. Program pendidikan  life skills adalah program pendidikan yangdapat memberikan bekal keterampilan yang praktis terpakai,terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonnomi atau industri yang ada di masyarakat Satori (2002). Life skills  ini memiliki cakupan yang luas, berinteraksi antara pengetahuan yang diyakini sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri.
Brolin (1989) menjelaskan bahwa life skills  dapat dinyatakan sebagai kcakapan untuk hidup. Istilah hidup, tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job),namun ia harus memliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti, membaca, menulis, berhitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar ditempat bekerja, menggunakan teknologi.
Kecakapan hidup merupakan sserangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang agar dapat mengatasi berbagai persoalan yang ditemui dalam kehidupanya. Sejalan dengan  pengertian ini, Malik Hadjar (Slamet PH,2002;4) mendefinisikan  kecakapan hidup sebagai kecakapan untuk bekerja selain kecakapan untuk berorientasi ke jalur akademik.
Menurut Ditjen Diklusepora (2003;6) hakikat pendidikan berorientasi kecakapan hidup di bidang PLS adalah Upaya untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan yang  memungkinkan peserta didik dapat hidup mandiri, Pemikiran Tatang Amirin didukung oleh  Muchlas Samani (2002:10)  yang menyatakan  ”Pengertian kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan untuk bekerja. Baik orang yang bekerja maupun yang tidak bekerja tetap memerlukan kecakapan hidup, karena merekapun menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Setiap orang dimanapun dan kapanpun,selalu menenmui masalah yang memerlukan pemecahan”.

B.     Rumusan masalah

Apa yang dimaksud dengan life skill ?
Apa yang menjadi tujuan diadakanya life skill ?
Apa yang dimaksud peristilahan umum dalam program life skill ?
Apa sajakah asumsi dasar dalam program life skill ?
Masalah apa yang mendasari munculnya life skill ?

C.    Tujuan

Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan life skill
Untuk mengetahui Apa yang menjadi tujuan diadakanya life skill
Untuk mengetahui Apa yang dimaksud peristilahan umum dalam program life skill
Untuk mengetahui Apa sajakah asumsi dasar dalam program life skill
Untuk mengetahui Masalah apa yang mendasari munculnya life skill

D.    Manfaat
Adapun manfaat dari tulisan ini adalah:
1.   Penulisan ini akan memperluas cakrawala pemikiran dan pengalaman penulis dalam bidang pendidikan untuk lebih jeli dalam menganalisa setiap peluang yang ada untuk kemudian dijadikan sebagai wahana untuk meningkatkan mutu out-put pendidikan.
2.   Dapat digunakan sebagai informasi dalam meningkatkan mutu out-put pendidikan.
3.   Bisa menjadi informasi dan bahan pertimbangan bagi masyrakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara umum.



BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian program Life Skill

Program Pendidikan Kecakapan Hidup atau disebut juga life skills, sebagai salah satu program primadona untuk PNF yang mengedepankan kemampuan keterampilan dan kewirausahaan untuk masyarakat. Apa sih sebenarnya yang disebut dengan Pendidikan Kecakapann Hidup atau life skills ini?
Begitu banyak pengertian tentang Pendidikan Kecakapan Hidup atau life skills ini, baik yang dikemukakan oleh para pakar maupun badan/lembaga yang memiliki otoritas di bidang pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Menurut Broling (1989) "life skills adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri". Broling mengelompokan life skill ke dalam tiga kelompok kecakapan yaitu; kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), kecakapan hidup pribadi/sosial (personal/social skill) dan kecakapan hidup bekerja (occupational skill).
1.      Kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), antara lain meliputi: pengelolaan kebutuhan pribadi. Pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaran keamanan, pengelolaan makanan-gizi, pengelolaan pakaian, kesadaran pribadi sebagai warga negara, pengelolaan waktu luang, rekreasi, dan kesadaran lingkungan.
2.      Kecakapan hidup sosial/pribadi (personal/social skill), antara lain, meliputi; kesadaran diri (minat, bakat, sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang  rasa dan kepedulian pada sesama, hubungan antar personal, pemahaman dan pemecahan masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif kemandirian dan kepemimpinan.
3.      Sedangkan yang termasuk dalam kecakapan hidup bekerja (occupational skill), meliputi, kecakapan memilih pekerjaan, perencahaan kerja, persiapan keterampilan kerja, latihan keterampilan, penguasaan kompetensi, menjalankan sesuatu profesi, kesadaran untuk menguasai berbagai keterampilan, kemampuan menguasai dan menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, dan menghasilkan produk barang dan jasa.
Pendidikan kecakapan hidup pada dasarnya merupakan suatu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan hidup setiap warga negara. Pengertian kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi, sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Ketiga jenis kecakapan hidup di atas, dilandasi oleh kecakapan spritual, yakni; keimanan, ketakwaan, moral, etika dan budi pekerti yang luhur sebagai salah satu pengamalan dari sila pertama Pancasila. Dengan demikian, pendidikan kecakapan hidup diarahkan pada pembentuka manusia yang berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat, mandiri serta memiliki produktivitas dan etos kerja yang tinggi. Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup pada satuan dan program pendidikan nonformal, utamanya dalam rangka penuntasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran lebih ditekankan pada upaya pembelajaran yang dapat memberikan penghasilan (learning and earning).

B.     Tujuan dan Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Jadi kila mincil pertanyaan tentang  tujuan pendidikan itu secara hakiki bagi manusia? Jawabnya amat sederhana. Tujuan pendidikan bagi setiap manusia adalah agar peserta didik mampu memecahkan dan mengatasi permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapinya. Jika selesai mengikuti pendidikan, mereka belum mampu memecahkan masalah hidup dan kehidupan, pertanda tujuan pendidikan belum tercapai. Berdasarkan hal itulah, dalam pelaksanaan pendidikan, peserta didik perlu dibekali dengan kecakapan hidup (life skill). Pendidikan kecakapan hidup itu kemudian dikenal dengan “Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (PBKH).
Orintasi pendidikan kecakapan hidup (life skill) bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang sedang dihadapinya. Di samping itu, juga memberikan kesempatan pada lembaga untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel. Kecakapan luas dari keteremapilan untuk bekerja, kecakapan berpikir raional, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
Secara umum orintasi pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk menghadapi perannya dimasa datang (Tim BBE, 2002:8). Hal ini juga sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Slamet PH (2002) bahwa tujuan utama pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang.
Esensi dari pendidikan kecakapan hidup adalah untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun progresif. Lebih spesifiknya, menurut Slamet PH (2002) tujuan pendidikan kecakapan hidup dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.      Pertama, memberdayakan aset kualitas batiniyah, sikap, dan perbuatan lahiriyah peserta didik melalui pengenalan (logos), penghayatan (etos), dan pengamalan (patos) nilai-nilai kehidupan sehari-hari sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.
2.      Kedua, memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir, yang dimulai dari pengenalan diri, eksplorasi karir, orientasi karir, dan penyiapan karir.
3.      Ketiga, memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat memampukan peserta didik untuk berfungsi menghadapi kehidupan masa depan yang memiliki sarat kompetisi dan kolaborasi sekaligus.
4.      Keempat, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lembaga melalui peningkatan kemandirian lembaga, partisipasi stakeholders, dan fleksibilitas pengelolaan sumber daya lembaga.
5.       Kelima, memfasilitasi peserta didik dalam memecahkan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari, misalnya kesehatan mental dan fisik, kemiskinan, kriminal, pengangguran, lingkungan sosial dan fisik, narkoba, kekerasan, dan kemajuan ipteks.
Adapun manfaat pendidikan kecakapan hidup secara umum adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat maupun sebagai warga negara. Secara spesifik manfaat pendidikan life sikll adalah:
1.      Untuk membekali individu dengan kecakapan
2.      Untuk merespon kejadian dalam hidup.
3.      Yang membuat individu mandiri, produktif, mengarah pada kehidupan yang memuaskan dan memiliki kontribusi pada masyarakat.
4.      Yang memungkinkan individu untuk berfungsi secara efektif di dunia yang selalu berubah.

C.    Peristilahan Umum dalam Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Peristilahan Umum dalam Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Mungkin diantara pembaca yang budiman, mungkin masih ada yang kurang familiar dengan peristilahan. Maka penulis terlebih dahulu akan menjelaskan beberapa istilah umum agar semua menjadi lebih jelas lagi bagi para pembaca. Sebagai langkah awal, berikut ini beberapa istilah yang kami coba jabarkan, yaitu:
1.      Program.
Program dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok,dan atau organisasi (lembaga) yang memuat komponen-komponen program. Komponen komponen program tersebut meliputi : tujuan, sasaran, isi, dan jenis kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat, biaya, organisasi penyelenggara (Sudjana, 2000: 1).
2.      Pelatihan.
Pelatihan dapat dikatakan sebagai suatu proses yang menciptakan kondisi dan stimulus untuk menimbulkan respons terhadap orang lain, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan (skills) sikap, menciptakan perubahan tingkah laku dan untuk mencapai tujuan yang spesifik (French Ministry of Work, Employee and Professional Trainningdalam Agus Darma 1994: 15).
3.      Pendidikan Kecakapan Hidup.
Pendidikan kecakapan hidup diartikan sebagai bimbingan terhadap kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Ditjen PLSP, DirektoratTenaga Teknis, 2003).

4.      Sikap.
Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (G.W Allport, 1935 dalam DO Sears,1999: 137).
5.      Perilaku.
Perilaku adalah reaksi yang diperlihatkan atau ditampilkan oleh individu baik yang bersifat sederhana maupun kompleks dalam merespon stimulus yang diterima (SaifulAzwar, 1998: 9).
6.      Kemandirian.
Kemandirian adalah sikap dan perilaku manusia yang meliputi “perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain” (Sutari Imam Barnadib,1982). Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali (1987) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah “hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri”.

D.    Empat Asumsi Dasar yang Menjadi Titik Bidik (Target)

Dengan penyelenggaraan program Pendidikan Kecakapan Hidup yang dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan maka diharapkan terciptanya 4 (empat) asumsi dasar sebagai hasil yang dicanangkan. Keempat asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :
1.         Harus terciptanya dampak atau pengaruh (impact) menyangkut hasil yang dicapai peserta didik atau peserta pelatihan. Pengaruh ini meliputi:
a.       perubahan taraf hidup yangditandai perolehan pekerjaan/berwirausaha, perolehan atau peningkatan pendapatan,kesehatan dan penampilan diri
b.       kegiatan membelajarkan orang lain ataumengikutsertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah dimiliki
c.       peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat baikpartisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda dan dana (D. Sudjana, 1996 : 35).
2.      Sumber daya manusia membutuhkan pendidikan dan pelatihan agar dapat bekerja lebihefektif dan produktif. Produktifitas manusia tidak hanya dipengaruhi oleh peralatan yangdigunakannya serta kekuatan fisiknya, namun juga amat ditentukan oleh pembekalanpengetahuan dan keterampilan sebagai modal untuk dapat bekerja produktif(Soeharsono,1981 :4).
3.      Kegiatan belajar akan efektif apabila warga belajar merasa butuh untuk belajar, menyadaribahwa belajar itu penting bagi perubahan dirinya serta ikut ambil bagian secara efektifdalam merancang apa yang dipelajari dan merasakan manfaat apa yang dapat diperolehdari kegiatan belajar itu (D. Sudjana, 1983: 100).
4.       Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, maka semakinpentingnya dunia wirausaha. Pembangunan akan lebih mantap jika ditunjang olehwirausahawan yang handal, yang berarti juga bahwa wirausaha merupakan potensipembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri (BukhoriAlma, 1999:1).

E.     Lima Masalah Pokok yang Menjadi Titik Sorot

Program kecakapan hidup lahir dari adanya berbagai masalah dimasyarakat. Salah satu masalah terbesar dalam masyarakat yaitu pengangguran dan kemiskinan yang mana sampai saat ini masalah tersebut masih belum dapat teratasi. Akirnya hal inilah yang melandasi munculnya.
Studi awal tentang kondisi masyarakat sampai dengan penyelenggaraan program PendidikanKecakapan Hidup (life skills), teridentifikasi 5 (lima) masalah pokok yang kemudian menjadi titik sorot program kelanjutannya. Kelima masalah pokok tersebut yaitu sebagai berikut:
1.      Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang masih belum seimbang dilihat darikualitas material dan kualitas spiritual.
2.      Rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam memanfaatkan serta mengelola potensisumber daya alam.
3.      Kualitas kesejahteraan warga belajar (masyarakat) belum meningkat dikarenakankemauan untuk berwirausaha masih rendah.
4.      Pelatihan pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai bekal utama wargabelajar/masyarakat dalam optimalisasi sumber daya alam belum terselenggara secaraoptimal.
5.      Peserta pelatihan yang mayoritas (sekitar 25%) tamatan pendidikan Sekolah Dasar dan termasuk dalam kategori keluarga miskin

F.     Analisis

Kecakapan hidup adalah kemampuan menggali, mengenali, menghadapi serta memecahkan masalah terhadap problem yang dihadapi. Pengembangan kecakapandapat membekali seseorang dalam menghadapi tantangan di eraglobalisasi ini.
Semua manusia mempunyai kacakapan, baik orang yang bekerja, tidak bekerka, berpendidikan maupun tidak berpendidikan. Kecakapan inilah yang dinamakan dengan kecakapan hidup generik yang menjadi dasar kecakapan yang dimiliki seseorang. Selain itu seseorang juga memiliki kecakapan khusus/spesifik. Kecakapan ini hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari betapa kecilnya kita selalu menemukan masalah. Pemecahan yang baik tentu berdasarkan informasi yang cukup dan diolah dan dipadukan dengan hal-hal yang terkait. Pemecahan masalah memerlukan kreativitasan dan kearifan. Kreativitas untuk menemukan pemecahan yang efektif dan efisien sedangkan kearifan diperlukan karena pemecahan harus selalu memperhatikan kepentingan berbagai pihak dan lingkungan sekitarnya. Oeh karena itu sejak dini, siswa perlu belajar memecahkan masalah, sesuai dengan tingkat berpikirnya.
Untuk memecahkan masalah memang dituntut kemampuan berpikir rasional, berpikir kreatif, berpikir alternatif, berpikir sistem, berpikir lateral dan sebagainya. Oleh karena pola tersebut perlu dikembangkan di setiap lembaga jenjang dan jalur pendidikan  dan kemudian diaplikasikan dalam bentuk pemecahan masalah.
Tugas seorang pendidik harus bisa mengembangkan kecakapan yang dimiliki siswanya yaitu dengan cara mengenali kecakapan yang dimiliki siswanya , merumuskan kompetensi yang hendak dicapai dalam suatu pembelajaran, dan memilih suatu pembelajaran yang tepat.
Harapan dari adanya program kecakapan hidup yaitu diharapkannya para peserta didik dapat menghadapi tantangan dan memecahkan masalah di eraglobalisasi sekarang ini. Sehingga jika seorang pelajar lulus tidak lagi harus mencari kerjaan lagi. Melainkan, mampu menciptakan lapangan pekerjaan.


BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa  kecakapan life skill adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mampu menghadapi problema hidup dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara aktif dan proaktif, mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Kemudian  tujuan kecakapan hidup bertujuan untuk memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa datang. Manfaat dari kecakapan hidup adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat maupun sebagai warga negara.
Empat Asumsi Dasar yang Menjadi Titik Bidik (Target) Dengan penyelenggaraan program Pendidikan Kecakapan Hidup yang dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan maka diharapkan terciptanya 4 (empat) asumsi dasar sebagai hasil yang dicanangkan. Keempat asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Harus terciptanya dampak atau pengaruh (impact) menyangkut hasil yang dicapai peserta didik atau peserta pelatihan. Pengaruh ini meliputi:
a.       perubahan taraf hidup yang ditandai perolehan pekerjaan/berwirausaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan dan penampilan diri
b.       kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah dimiliki
c.       peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat baik partisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda dan dana (D. Sudjana, 1996 : 35).
2.      Sumber daya manusia membutuhkan pendidikan dan pelatihan agar dapat bekerja lebih efektif dan produktif.
a.       Kegiatan belajar akan efektif apabila warga belajar merasa butuh untuk belajar, menyadari bahwa belajar itu penting bagi perubahan dirinya serta ikut ambil bagian secara efektif dalam merancang apa yang dipelajari dan merasakan manfaat apa yang dapat diperoleh dari kegiatan belajar itu (D. Sudjana, 1983: 100).
b.      Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, maka semakin pentingnya dunia wirausaha.

Peristilahan Umum dalam Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
a.    Program
b.   Pelatihan
c.    Pendidikan kecakapan hidup
d.   Sikap
e.    Prolaku
f.    Kemandirian
Adapun Lima Masalah Pokok yang Menjadi Titik Sorot Mulai dari studi awal kondisi masyarakat sampai dengan penyelenggaraan program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills), teridentifikasi 5 (lima) masalah pokok yang kemudian menjadi titik sorot program kelanjutannya. Kelima masalah pokok tersebut yaitu sebagai berikut:
1.   Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang masih belum seimbang dilihat darikualitas material dan kualitas spiritual.
2.   Rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam memanfaatkan serta mengelola potensi sumber daya alam.
3.   Kualitas kesejahteraan warga belajar (masyarakat) belum meningkat dikarenakan kemauan untuk berwirausaha masih rendah.
4.   Pelatihan pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai bekal utama warga belajar/masyarakat dalam optimalisasi sumber daya alam belum terselenggara secara optimal.
5.   Peserta pelatihan yang mayoritas (sekitar 25%) tamatan pendidikan Sekolah Dasar dan termasuk dalam kategori keluarga miskin.

B.     KALIMAT PENUTUP

Demikanlah makalah yang dapat saya susun. Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih ada kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat saya harapkan guna penyempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.



DAFTAR PUSTAKA

Sumber: Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills).  Direktorat Kursus 2011.
Diakses Pada Hari Senin 21 Maret 2016, Pukul 21.22 Wib
Diakses Pada Hari Senin 27 Maret 2016, Pukul 22.44 Wib
Diakses Pada Hari Senin 27 Maret 2016, Pukul 21.22 Wib
Diakses Pada Hari jum’at 25 Maret 2016, Pukul 21. 49 Wib
Diakses Pada Hari jum’at 25 Maret 2016, Pukul 15.02 Wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar